Sekilas, tak ada yang istimewa membahas masalah tamu. Sudah lazim, ketika seseorang memiliki keperluan maka ia akan mendatangi rumah orang yang bersangkutan. Atau bahkan kadang-kadang tak ada agenda khusus untuk bertamu. Karenanya, seringkali kita menganggap sebagai hal biasa, sehingga kita luput dari segudang manfaat yang mestinya bisa kita raih dalam momen seperti itu.
Bagaimana tidak, memuliakan tamu bisa mengundang keberkahan hidup dan menaikkan derajat yang tinggi di akhirat.
Hingga Nabi SAW mengukur keimanan seseorang dengan ikramudh dhaif, memuliakan tamu,
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah memuliakan tamunya." (HR Bukhari dan Muslim)
Allah juga memuji Nabi Ibrahim AS yang telah memuliakan tamu, hingga beliau disebut abu dhaifan, Bapaknya orang-orang yang menjamu tamu. Allah mengisahkan perihal Beliau agar menjadi teladan bagi Nabi Muhammad SAW dan kita selaku umatnya,
"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, "Salaaman", Ibrahim menjawab: "Salaamun" (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: "Silakan Anda makan"." (QS. Adz-Dzariyaat 24)
Begitulah teladan Ibrahim dalam menjamu tamu, meskipun belum dikenalnya. Beliau menjawab salam dengan yang lebih baik. Seperti disebutkan oleh Ibnu Katsier RHM, bahwa kata "salaamun" lebih kuat dan lebih tinggi maknanya daripada "salaaman". Di samping menjamunya dengan makanan yang beliau punya, kata-kata beliau yang manis dan wajah ceria juga patut diteladani bagi siapapun yang kedatangan tamu. Imam al-Auza'i RHM ditanya tentang maksud memuliakan tamu, maka beliau menjawab, "Menyambutnya dengan senyuman dan kata-kata yang baik."
Bimbingan Islam tak hanya menyentuh bagi yang kedatangan tamu. Islam juga mengajarkan keluhuran akhlak dalam bertamu. Mengucapkan salam, mencegah diri untuk tidak melongok ke dalam rumah sebelum diijinkan masuk, mendoakan keberkahan bagi pemilik rumah, tidak mencela makanan yang dihidangkan, serta merahasiakan aib yang ia lihat di dalamnya. Jika ia diundang, hendaknya berusaha untuk tepat waktu. Tidak terlambat sehingga menyebabkan mereka menunggu lama, atau terlalu awal, sehingga mereka belum siap menyambutnya. (Abu Umar A)
Sumber : www.ar-risalah.or.id
Profil Rohis

- Rohis Smk N 1 Bawang Banjarnegara
- Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia
- Apabila ada hadits shahih, maka itulah madzhabku.? (Al Imam Asy-Syafi'i, Al Majmu? An-Nawawy 1/63)(Beliau Ahli Hadits}
Pengikut
Waktu Shalat
Muliakan Tamu, Raih Berkahmu
Label: artikel ar-risalah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar